masukkan script iklan disini
Media DNN - Yogyakarta, DIY | Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meriah dengan kehadiran Indonesian Dance Festival (IDF) yang menggelar program Lawatari, setelah sukses menyapa Makassar dan Padang Panjang. Mila Rosinta Totoatmojo, penggagas Mila Art Dance Lab, menegaskan bahwa Lawatari di Yogyakarta akan mempersembahkan lima karya tari menakjubkan bagi masyarakat pecinta seni.
Mila, sebagai seniman perempuan, mendirikan RIKMA (Ruang Inisiatif Karya Bersama) untuk membantu perempuan seniman muda mengatasi tantangan dalam konteks domestik dan profesional. "Lawatari: Yogyakarta adalah platform ideal untuk memperkenalkan karya-karya mereka kepada praktisi dan pencinta tari," ujar Mila dalam jumpa pers Jumat (19/01/2024) malam.
Beberapa seniman seperti Valentina Ambarwati, Siti Alisa, Agung Gunawan, Sri Cicik Handayani, Ni Putu Arista Dewi, Megatruh Banyu Mili, Maria Renata Rosari, dan lainnya akan mengisi program Lawatari. Kolaborasi dengan mitra lokal juga menambah daya tarik acara ini.
Lawatari di Yogyakarta akan berlangsung pada 20-21 Januari 2024 di Studio Banjarmili. Acara dimulai dengan Lokakarya Seni Tata Kelola "Merakit Ruang untuk Tumbuh Bersama," diikuti oleh pertunjukan karya seperti 'Atandang,' 'Budi Bermain Boal,' dan 'Ganda.' Masterclass tentang Metode Latihan Martinus Miroto turut menyemarakkan Minggu (21/1) pagi, sementara malamnya akan dipenuhi dengan karya 'Suun' dan 'In Cycle.'
Nia Agustina dari Paradance Platform menegaskan bahwa IDF berusaha memahami konteks di setiap daerah yang dikunjungi. Program Lawatari menjadi langkah awal untuk mendukung koreografer muda dengan saling melibatkan berbagai pihak terkait.
Salah satu seniman Lawatari, Sri Cicik Handayani, mengungkapkan bahwa karyanya 'Atandang' akan menyoroti relasi dan tegangan tatapan antara penonton dan penari dalam seni tayub. Sementara itu, Siti Alisa dengan karya 'In Cycle' merayakan siklus biologis perempuan dan hubungannya dengan nilai moral, alam, dan diri sendiri.
Valentina Ambarwati akan menghadirkan interpretasi peran ganda perempuan buruh gendong di Pasar Beringharjo, sementara Megatruh Banyu Mili membawa pemirsa dalam refleksi pribadi tentang pendidikan di era 1980-2000an melalui 'Budi Bermain Boal.'
Ni Putu Arista Dewi dengan karyanya 'Suun' mengangkat isu relasi perempuan dan kuasa melalui kegiatan membawa barang di atas kepala (suun), mencerminkan realitas budaya Bali yang perlu dipahami secara mendalam.
( Ctr Bayu )