masukkan script iklan disini
Media DNN - Pulau Buru Maluku | Tepat pada tanggal 10 Agustus bersamaan dengan ulang tahun masyarakat adat internasional, masyarakat adat Pulau Buru bersama-sama dengan mahasiswa dan pemuda adat Pulau Buru menggelar aksi kemanusiaan di Kantor Bupati, DPRD, Dinas Lingkungan Hidup dan di Polres Pulau Buru. Pasalnya telah terjadi perampasan ruang hidup masyarakat akibat aktivitas PT. Ormat Geothermal Indonesia di Desa Wapsalit, Kecamatan Lolong Guba, Kabupaten Buru. 10/08/2023
Persoalan perampasan ruang hidup masyarakat adat yang kemudian memicu terjadinya unjuk rasa dipelbagai penjuru kabupaten Buru sebab berdasarkan hasil investigasi lapangan oleh media ini bahwa benar adanya sekitar 30 (tiga puluh) warga yang mengungsi meninggalkan permukiman pedesaan akibat dihantui rasa takut dan khawatir akan dampak dari aktivitas PT. Ormat Geothermal.
Khawatir akan dampak seperti kelurnya gas beracun serta Geyser dari panas bumi tersebut meletus.
Dari hasil turun langsung ke lokasi pengungsian bahwa ternyata benar ada sekitar 30 warga yang sudah mengungsi dan menurut keterangan Bapa Mana Wehe Wael yang merupakan salah satu pengungsian menerangkan bahwa "dari 20 Orang yang mengungsi itu hanya dikelompok saya saja. Namun masih ada dua lokasi lagi yaitu di Walkoni/nama tempat dan Walu Muha yang merupakan tempat mengungsinya masyarakat Desa Wapsalit.
Berdasarkan data ril dilapangan jarak lokasi pengungsian dengan perdesaan sekitar 20 Km, sehingga para pengungsian mengaku mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pangan begitu juga dengan pemenuhan air bersih untuk dikonsumsi. Hal ini dibenarkan oleh beberapa warga pengungsian yang ketika diwawancari mengaku kesulitan dalam mendapatkan air minum, sempat mengaku tidak mandi selama empat (4) hari karena lokasi pengungsian
jauh dari sumber air.
Keluhan lain datang dari ibu mharat (warga pengungsian) yang khawatir akan anak dan cucunya yang terpaksa harus menunda proses pembelajaran disekolah alias tidak bisa mengikuti proses pendidikan, karena lokasi pengungsian dengan sekolah jaraknya berkisar dua puluh kilo meter (20 Km). ( Soni Behuku, S.IP ).