• Label

    Copyright © DETIK NUSANTARA NEWS
    Best Viral Premium Blogger Templates

    KKNT-I IPB Gunungkidul 05 Adakan Sosialisasi Pencegahan Stunting di Desa Wunung Gunungkidul

    Sabtu, 20 Juli 2024, Juli 20, 2024 WIB Last Updated 2024-07-24T13:16:36Z
    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini

    Media DNN - Gunungkidul, DIY |
      20 Juli 2024 Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik Inovasi (KKNT-I) dari Institut Pertanian Bogor (IPB) mengadakan sosialisasi pencegahan stunting di Desa Wunung, Kecamatan Wonosari. Kegiatan ini diadakan sebagai upaya kolaboratif dengan pemerintah desa dan kelompok PKK untuk menanggulangi masalah stunting yang semakin meningkat di wilayah ini.

    Penanggung jawab program kerja sosialisasi pencegahan stunting KKNT-I IPB Gunungkidul 05, Muhammad Lutfi Fahlevi, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari pengabdian mahasiswa untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang ada di desa. 

    “Kami di IPB memang banyak memiliki program di bidang pertanian, namun karena ini adalah pengabdian, kami menyesuaikan dengan permasalahan yang ada di desa. Salah satu masalah utama di Gunungkidul adalah peningkatan angka stunting. Ketika pertama kali datang, kami langsung berkolaborasi dengan program PKK dan kelurahan untuk merencanakan sosialisasi ini,” jelasnya.


    Kegiatan ini melibatkan delapan anggota KKNT-I IPB, yang terdiri dari empat laki-laki dan empat perempuan yaitu, Satya F, A Zalfa S, Ilafi TS, Elsi M, Gheyza A, Naufal K, M Lutfi F, dan Indra M, sebagai panitia pelaksana. 

    Mereka berkolaborasi dengan kelompok PKK Desa Wunung dalam mengadakan sosialisasi ini. Narasumber yang diundang, Rini Mintarsih, S.Psi, seorang praktisi pendidikan dan konsultan stunting, menjelaskan bahwa stunting bukanlah penyakit yang bisa disembuhkan, melainkan kondisi yang menetap dan mempengaruhi perkembangan anak.

    “Stunting bukan penyakit yang bisa disembuhkan. Anak yang mengalami stunting harus mendapatkan perhatian khusus agar bisa mengejar ketertinggalan perkembangan sebelum usia 2 tahun. Jika tidak, masa depan anak tersebut bisa terpengaruh, seperti prestasi dan kualitas hidup yang lebih rendah dibanding anak-anak yang tidak stunting,” ujar Rini.

    Rini juga menambahkan pentingnya gotong royong dalam menurunkan angka stunting. “Masyarakat harus bekerja sama untuk menurunkan angka stunting dan mencegah anak-anak yang belum stunting agar tidak terkena stunting. Harapannya, peserta yang hadir bisa berkontribusi aktif untuk peduli terhadap anak-anak yang sudah stunting dan mencegah anak yang belum stunting terkena stunting,” tambahnya.


    Lurah Wunung, Sudarto, mengapresiasi inisiatif mahasiswa IPB ini dan menyatakan komitmen pemerintah desa untuk terus mendukung upaya penurunan angka stunting di Desa Wunung. “Kami sangat mendukung kegiatan ini. Stunting bukan hanya isu lokal, tapi sudah menjadi permasalahan nasional. Saat ini, di kelurahan Wunung masih ada 31 anak dari 190 anak yang teridentifikasi stunting. Kami berkomitmen untuk bersama-sama menangani masalah ini,” ungkap Sudarto.

    Sudarto juga menyebutkan berbagai langkah yang telah diambil pemerintah desa dalam menangani stunting, termasuk pengalokasian anggaran untuk Program Makanan Tambahan (PMT) dan melibatkan berbagai instansi terkait.

    “Kami bekerja sama dengan kader posyandu, kader kesehatan, PKK, dan tokoh masyarakat untuk menangani stunting ini. Dengan adanya kegiatan ini, kami berharap angka stunting di kelurahan Wunung dapat berkurang,” pungkasnya.

    Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat Desa Wunung tentang pentingnya pencegahan stunting dan bagaimana cara menangani anak-anak yang sudah teridentifikasi stunting, sehingga generasi mendatang dapat tumbuh sehat dan cerdas.



    ( Bayu )
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini