masukkan script iklan disini
Pada pembukaan acara yang berlangsung pada Kamis (05/09/2024), PLT Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY, Heri Sulistyo Hermawan, menegaskan pentingnya peran kakao sebagai bahan baku utama dalam pembuatan coklat yang sangat diminati konsumen global. “Kakao adalah komoditas yang memiliki efek multiplier luas, terutama dalam peningkatan industri dan ekonomi. Pengembangan kakao di DIY sudah berlangsung sejak tahun 1980 melalui berbagai program pemerintah, termasuk bantuan presiden," ungkap Heri.
Ia juga menjelaskan, saat ini luas lahan kakao di DIY mencapai 3.316 hektar dari total potensi lahan seluas 5.224 hektar. Namun, ia mengakui bahwa usia tanaman kakao di kawasan tersebut rata-rata sudah mencapai 30 tahun, sehingga perlu adanya program peremajaan untuk menjaga produktivitas dan daya saing kakao lokal di pasar global. Sebagai langkah strategis, Dinas Pertanian DIY tengah merancang program pemberdayaan masyarakat melalui kelompok tani dan wanita tani guna meningkatkan kualitas kakao yang dihasilkan.
Di sisi lain, Bupati Gunungkidul, Sunaryanta, turut menyatakan optimismenya terhadap potensi besar Gunungkidul sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru. "Gunungkidul yang dulunya dikenal sebagai daerah kekurangan, kini menunjukkan kebangkitan luar biasa. Kami memanfaatkan potensi alam, termasuk kakao yang tumbuh subur di kawasan karst Gunungkidul, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Inovasi dan transformasi mindset adalah kunci keberhasilan dalam mengembangkan sektor-sektor unggulan,” kata Sunaryanta.
Ia juga menambahkan bahwa pengembangan coklat di Gunungkidul sejalan dengan visi pemerintah daerah untuk mengentaskan kemiskinan melalui peningkatan produk lokal. Menurutnya, pengolahan kakao menjadi coklat berkualitas tinggi dapat membuka peluang ekonomi yang luas, tidak hanya di pasar lokal tetapi juga di pasar internasional.
Tidak ketinggalan, Sekda DIY, Beny Suharsono, dalam kesempatan tersebut memberikan apresiasi penuh terhadap penyelenggaraan Festival Coklat Nglanggeran. Beny menyebut bahwa coklat bukan hanya komoditas ekonomi tetapi juga menjadi bagian dari identitas Yogyakarta. “Festival ini bukan hanya ajang promosi, tetapi juga sarana edukasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya inovasi dan riset dalam pengembangan produk lokal seperti coklat,” jelas Beny.
Beny menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat dalam menghasilkan produk coklat berkualitas tinggi yang mampu bersaing di pasar global. “Gunungkidul telah membuktikan bahwa mereka mampu mengolah kakao menjadi coklat dengan cita rasa khas yang tidak kalah dengan coklat internasional. Coklat lokal DIY berpotensi menjadi kebanggaan nasional yang dikenal dunia,” tegasnya.
Dengan sinergi yang kuat antara semua pihak dan pemanfaatan potensi kakao lokal, Festival Coklat Nglanggeran 2024 diharapkan tidak hanya menjadi festival tahunan yang meriah, tetapi juga menjadi langkah konkret untuk menjadikan coklat DIY sebagai produk unggulan yang dikenal luas, baik di dalam negeri maupun di pasar global.
( Bayu )