masukkan script iklan disini
Acara tersebut menampilkan sebanyak 43 gunungan yang diarak oleh 12 RT dari dua padukuhan, yakni Ngebrak Timur dan Ngebrak Barat. Ribuan warga, baik peserta kirab maupun penonton, memadati jalanan yang menjadi rute kirab, menjadikan suasana penuh semangat dan kegembiraan. Kirab ini tak hanya sekadar prosesi adat, melainkan juga menjadi ajang untuk menampilkan kekayaan seni dan budaya lokal.
Supriyadi, Dukuh Ngebrak Timur, dalam sambutannya menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada seluruh warga serta pihak-pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan kirab ini. "Tanpa partisipasi dan dukungan semua pihak, kirab ini tak mungkin bisa semeriah ini," ujarnya.
Lebih lanjut, Supriyadi menjelaskan bahwa kirab tersebut bukan hanya sekadar ritual adat, tetapi juga menjadi magnet bagi ribuan penonton dari berbagai daerah yang datang untuk menyaksikan keindahan budaya setempat. Tidak hanya diisi dengan arak-arakan gunungan, kirab ini juga dimeriahkan dengan berbagai pertunjukan seni tradisional. Beberapa di antaranya adalah kesenian jathilan, reog cagar budaya, reog Ponorogo, tari kreasi, hingga penampilan kesenian lokal lainnya yang turut memperkaya acara.
“Alhamdulillah, acara kirab ini berlangsung dengan lancar dan meriah. Kami berharap di tahun-tahun mendatang, rangkaian Rasulan Ngebrak Timur dan Ngebrak Barat bisa lebih meriah lagi,” tambah Supriyadi.
Sebelum kirab digelar, rangkaian perayaan Rasulan dimulai sejak Sabtu malam dengan berbagai pentas seni. Salah satu yang paling ditunggu adalah penampilan campursari, yang menyajikan lagu-lagu tradisional Jawa. Puncak acara Rasulan ditutup dengan pagelaran wayang kulit yang dipimpin oleh dalang Subardi di Padukuhan Ngebrak Timur, yang semakin menambah kesakralan dan keindahan tradisi ini.
Kirab gunungan yang berlangsung dua tahunan ini tak hanya menjadi acara budaya bagi warga setempat, tetapi juga menjadi simbol kebersamaan dan rasa syukur kepada Tuhan atas rezeki yang telah dilimpahkan. Tradisi Rasulan, yang terus dilestarikan, merupakan wujud dari ikatan kuat masyarakat Ngebrak Timur dan Ngebrak Barat dalam menjaga warisan leluhur serta melestarikan kearifan lokal yang telah turun temurun.
Dengan berjalannya acara kirab yang penuh warna dan energi positif ini, Padukuhan Ngebrak Timur dan Ngebrak Barat kembali menunjukkan kekayaan budaya mereka kepada dunia, sekaligus mempererat persaudaraan antarwarga dalam kebersamaan dan kekompakan. Kirab gunungan ini menjadi sebuah bukti nyata bahwa tradisi tidak hanya bertahan, tetapi terus berkembang menjadi daya tarik budaya yang mengundang decak kagum.
( Bayu )