• Label

    Copyright © DETIK NUSANTARA NEWS
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Tingkatkan Gairah Penggiat Sastra, Putri Koster Fasilitasi Peluncuran 7 Buku Karya 9 Penulis

    Sabtu, 10 Mei 2025, Mei 10, 2025 WIB Last Updated 2025-05-10T14:33:54Z
    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini


    Media DNN – Bali | Ketua TP PKK Provinsi Bali, Ny. Putri Suastini Koster, yang juga dikenal aktif berkiprah di dunia sastra dan kesenian, memfasilitasi peluncuran tujuh buku karya sembilan penulis. Peluncuran buku yang berlangsung di Gedung Kertha Sabha, Sabtu (10/5/2025), ini bertujuan untuk mendorong gairah para penggiat sastra dalam berkarya.

    Tujuh buku yang diluncurkan yaitu ‘Sastra dan Telaah Aplikatif’ karya Prof. Dr. Gde Artawan, ‘Jayaprana Layonsari’ karya Putu Satria Kusuma, serta ‘Kumpulan Puisi Nol Negeri Tanpa Langit’ yang ditulis oleh I Gede Pandega Wirasabda. Dewa Sarjana menyumbangkan karya cerpen berjudul ‘Bulan Magantung’. Selain itu, terdapat ‘Alia Tahu Semua Dosa Laki-Laki’ karya Ni Komang Yuni Lestari, ‘Antologi Puisi Sukasada, Tanah, dan Daun-Daun Subur Puisi’ karya Made Edy Arudi. Terakhir, diluncurkan pula buku ‘Sekelumit Sejarah Teater Angin’ yang ditulis oleh tiga penulis perempuan, yakni I Gst. Ayu Putu Rasmini, I A. Suniastiti, dan I G. A. Dewi Parwati.

    Ny. Putri Koster dalam sambutannya mengapresiasi semangat para penggiat sastra dalam menuangkan ide dan gagasan hingga menjadi sebuah buku. Secara khusus, ia memberikan pujian kepada Ni Komang Yuni Lestari, penyandang tunanetra penulis buku Alia Tahu Semua Dosa Laki-Laki. “Adik kita Komang Yuni, walaupun tidak bisa secara langsung melihat dunia, tetapi Ibu yakin keindahan hatinya melebihi itu sehingga tercipta karya sastra yang mampu mencerahkan kita,” ucapnya.

    Apresiasi juga disampaikan kepada tiga perempuan tangguh penulis buku Sekelumit Sejarah Teater Angin. “Demikian pula penekun sastra lainnya yang berhasil merampungkan karya menjadi sebuah buku,” ujarnya sembari menyampaikan bahwa ia selalu tertarik pada mereka yang giat menulis. Menurutnya, tulisan yang berhasil dibukukan merupakan suatu kebanggaan.


    Kebanggaan itu pula yang ia rasakan ketika berhasil menyelesaikan lima buku antologi puisi yang merangkum hasil karyanya. Ia berpendapat, sebuah buku dapat mewakili kecerdasan seseorang. “Ketika kita memberi kenang-kenangan berupa buku, nilainya melebihi uang, emas, dan lainnya. Karena ada titipan pesan di dalamnya,” ucapnya lagi.

    Oleh karena itu, ia mengajak masyarakat untuk mengapresiasi para penulis dengan membiasakan membeli karya mereka saat menghadiri acara sastra. Perempuan yang dikenal sebagai penyair mantra ini menegaskan bahwa membeli buku tidak akan membuat seseorang jatuh miskin. “Mari kita budayakan, datang ke acara sastra, minimal beli satu buku. Karena dengan demikian, kita telah membuka jendela dunia,” ajaknya.

    Masih dalam sambutannya, Ny. Putri Koster menyampaikan bahwa dalam lingkup yang lebih luas, Pemprov Bali memberikan apresiasi kepada penekun sastra melalui event Festival Seni Bali Jani (FSBJ). “Ini program penyeimbang karena sebelumnya ada PKB yang memang ditujukan untuk pelestarian seni tradisional,” ungkapnya sambil menambahkan bahwa FSBJ kini telah dipayungi oleh peraturan daerah. Sebagai bagian dari program literasi, FSBJ juga akan menyediakan ruang pameran khusus bagi karya sastra.

    Tak hanya itu, perempuan yang juga menjabat sebagai Ketua Dekranasda Bali ini mengungkapkan gagasan untuk menggelar Bali International Book Fair. “Ketika pameran buku internasional ini digelar di Bali, saya harap buku karya penulis lokal yang lebih banyak dipamerkan. Jangan sampai didominasi penulis dari luar,” harapnya.

    Mengakhiri sambutannya, ia mengajak para penggiat sastra untuk lebih aktif memanfaatkan dan bersuara di media sosial. “Kalau media sosial lebih banyak diisi oleh para sastrawan, saya yakin tidak akan sebising saat ini,” pungkasnya.

    Kegiatan peluncuran buku tersebut diisi dengan pemaparan para penulis mengenai isi karya mereka. Komang Yuni Lestari, penulis istimewa yang menarik perhatian dalam acara tersebut, menyampaikan bahwa bukunya berisi kumpulan cerpen yang ia tulis sejak tahun 2018. Awalnya, Komang Yuni—yang terinspirasi dari penulis kenamaan seperti Dewi Lestari, Andrea Hirata, Pramoedya Ananta Toer, dan Eka Kurniawan—tidak berniat menerbitkan buku. “Saya menulis sejak 2018 hanya untuk kalangan terbatas. Tak menyangka akhirnya bisa menjadi sebuah buku,” imbuhnya. Komang Yuni menyebut bahwa menulis memberinya kebebasan untuk menciptakan jalan cerita sesuai imajinasi. “Ini adalah kepingan mimpi yang bisa saya wujudkan. Sebagaimana yang disampaikan Pramoedya, orang boleh pandai setinggi langit, tetapi kalau tidak menulis maka ia akan hilang dari masyarakat dan dari sejarah,” tutupnya.

    Sementara itu, para penulis buku ‘Sekelumit Sejarah Teater Angin’ menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ny. Putri Koster karena berkat dukungannya karya tersebut dapat diselesaikan. “Saya ingat betul kata-kata Ibu Putri, sejarah harus disampaikan,” ujar salah seorang penulis.

    Selanjutnya, Gde Artawan, penulis buku ‘Sastra dan Telaah Aplikatif’, menjelaskan bahwa karyanya dapat menjadi pedoman bagi pendidik dalam menerapkan teori untuk menelaah karya sastra. Sedangkan Putu Satria, melalui novel ‘Jayaprana Layonsari’, berupaya menyampaikan cerita secara lebih detail kepada para pembaca. Pandega Wirasabda, penulis ‘Kumpulan Puisi Nol Negeri Tanpa Langit’, berharap masyarakat semakin menyukai puisi melalui buku yang ditulisnya.

    Pada kesempatan itu, Ny. Putri Koster menyerahkan bingkisan berupa kain tenun endek Bali kepada sembilan penulis. Ia berharap ke depan akan semakin banyak buku karya penulis lokal yang diterbitkan, dan ia menyatakan kesediaannya untuk memfasilitasi peluncuran buku-buku tersebut.(Hms/dw)
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini