masukkan script iklan disini
Media DNN - Bali | Di tengah dominasi film aksi yang kerap mengandalkan efek ledakan dan adegan kejar-kejaran tanpa kedalaman cerita, “Believe: The Ultimate Battle” hadir sebagai angin segar, sebuah karya yang memadukan ketegangan laga dengan renungan emosional yang menyentuh.
Film ini bukan sekadar sajian militer biasa. Disutradarai oleh Rahabi Mandra dan Arwin Tri Wardhana, Believe menggali sisi lain dari kehidupan seorang prajurit melalui kisah nyata yang diangkat dari biografi Believe: Faith, Dream, and Courage. Cerita berpusat pada Agus, pemuda yang tumbuh tanpa kehadiran sang ayah, Dedy Unadi seorang tentara aktif yang lebih sering berada di garis depan pertempuran ketimbang di rumah.
Alih-alih menyalahkan keadaan, Believe mengajak penonton memahami sisi kemanusiaan dari pilihan-pilihan berat dalam hidup. Tentang cinta yang tertahan, nilai-nilai yang diwariskan secara diam-diam, dan pengabdian yang sering kali tidak dipahami oleh orang-orang terdekat.
*Kehilangan yang Menjadi Titik Balik*
Ajil Ditto memerankan Agus, remaja yang penuh amarah dan memberontak. Kehilangan ayahnya dalam tugas negara menjadi titik balik yang membuatnya mempertanyakan banyak hal. Namun alih-alih hancur, rasa kehilangan itu membawanya menggali masa lalu sang ayah dan perlahan menemukan makna sejati dari pengabdian.
Transformasi Agus menjadi inti cerita: dari seorang remaja penuh amarah menjadi individu yang memilih jalan sulit, yakni menjadi prajurit seperti ayahnya, meski harus menghadapi pertarungan batin dan risiko yang tak kecil. Perjalanannya bukan semata-mata mengejar jejak ayah, tapi juga tentang menemukan dirinya sendiri di tengah rasa sakit dan kebingungan.
*Narasi yang Jujur, Bukan Propaganda*
Salah satu kekuatan Believe terletak pada pendekatan naratifnya yang realistis dan membumi. Film ini tidak berusaha menggiring penonton lewat jargon-jargon nasionalisme kosong. Sebaliknya, ia menampilkan sisi manusiawi para tentara bahwa mereka juga adalah ayah, suami, anak dan manusia yang merasakan takut, kehilangan, serta kerinduan.
Deretan aktor lintas generasi seperti Wafda Saifan, Maudy Koesnaedi, Adinda Thomas, Marthino Lio, dan aktor cilik Muhammad Faqih Alaydrus memperkuat narasi emosional film ini. Karakter Evi yang diperankan Adinda Thomas, misalnya, menjadi sosok yang menjaga keseimbangan emosional Agus dan memperdalam dimensi ceritanya.
*Akurasi Sejarah dan Aksi yang Otentik*
Latar belakang Believe berakar pada peristiwa nyata, seperti Operasi Seroja 1975 dan misi militer di Timor Timur pada era 1990-an. Untuk menjaga keotentikan, tim produksi melakukan riset menyeluruh, dari desain kostum, medan pertempuran, hingga strategi militer yang digunakan.
Keterlibatan langsung Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam produksi membuat adegan pertempuran terasa nyata dan tidak sekadar dramatisasi. Ajil Ditto pun menjalani pelatihan militer intensif selama 40 hari demi membentuk karakter prajurit yang kredibel.
*Nilai yang Dihadirkan, Bukan Diceramahkan*
Tanpa dialog penuh petuah atau kutipan motivasional, Believe menyampaikan pesan moral secara halus namun menggugah. Penonton diajak meresapi nilai-nilai seperti keberanian, kesetiaan, dan tanggung jawab dari tindakan para tokohnya, bukan dari ucapan mereka.
Keberanian dalam film ini bukan semata soal berperang di medan laga, tapi tentang keputusan-keputusan kecil yang diam-diam heroik: memilih untuk tetap bertahan saat ingin menyerah, memilih pulang ketika semua menyuruhmu tinggal dan memilih untuk tetap setia mengabdi meski dunia tak selalu memberi penghargaan.
*Tayang Serentak Mulai 24 Juli 2025*
Believe: The Ultimate Battle dijadwalkan tayang di bioskop seluruh Indonesia mulai 24 Juli 2025. Trailer-nya yang telah dirilis memperlihatkan sinematografi memukau yang menjanjikan lebih dari sekadar aksi, tapi sebuah pengalaman emosional yang mendalam.
Bagi penonton yang mendambakan film laga dengan isi, bukan hanya bunyi, Believe adalah pilihan yang layak ditunggu. Film ini tidak hanya menggugah, tetapi juga meninggalkan kesan yang mendalam, mengajari kita tentang arti mengabdi, tanpa harus menggurui. (Red)