masukkan script iklan disini
Bali | Akhirnya, Gubernur Bali, Dr.Ir. Wayan Koster, MM., merespons dan menanggapi aspirasi masyarakat, yang dilakukan sejumlah orangtua dan para siswa yang tercecer, akibat tidak dapat masuk ke SMA/SMK Negeri di Bali, saat berunjuk rasa ke DPRD Bali.
Gubernur Koster menegaskan, agar siswa yang tercecer diterima di Sekolah Negeri, karena, pendidikan dasar dan menengah tersebut, merupakan tanggung jawab dari pemerintah.
"Ada yang kecewa, kisruh, pada akhirnya dapat diselesaikan, semua atas kerja sama yang baik, koordinasi yang baik antara pemerintah dengan DPRD Bali","ungkap Gubernur Koster.
Hal tersebut, disampaikan Gubernur Koster dalam "Rapat Paripurna Penyampaian Akhir Pendapat Gubernur Bali" terhadap Ranperda Pertanggungjawaban APBD Semesta Berencana tahun 2020 dan Ranperda Perubahan Ketiga atas Perda No. 10 tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah, bertempat di Ruang Sidang Utama Gedung DPRD Provinsi Bali, pada Rabu (28/7/2021).
Kepada DPRD Bali, Gubernur Koster meminta, agar tidak tergesa-gesa mengalihkan anggaran renovasi ruangan komisi, karena, pembelajaran saat ini, lebih banyak dilakukan dengan daring, dan metodenya akan segara digarap, untuk keberlanjutan.
Selanjutnya, Gubernur Koster memaparkan, penerimaan SMA dan SMK lebih banyak domainnya ditangani Pemerintah Provinsi Bali, sesuai undang-undang. Karena itu, lanjut, Gubernur Koster, anak-anak lulusan SMP bisa diakomodir, sesuai pilihannya dan sesuai haknya memilih sekolah. “Sepanjang masih memungkinkan ditampung pada SMA/SMK negeri, tentu tidak bisa 100 persen," ujar Gubernur Bali.
Lebih lanjut, Gubernur Koster memaparkan, dalam pembelajaran daring dapat dimudahkan dan tidak dipatok jumlah siswa dan guru tidak harus ada ruang kelas sekian, sekolah sekian, dan guru sekian. "Nanti kita akan komunikasikan, mana tatap muka, mana daring," tutur Gubernur Koster.
"Metode penyederhanaan pembelajaran itu, apa yang tidak bertambah, dan mana yang harus bertambah. Karena dengan daring siswa 150, satu guru cukup mengajari,” kata Gubernur Koster.
Selanjutnya, dipaparkan, peningkatan jumlah siswa di SMA dan SMK tidak akan linear dengan jumlah sekolah dan ruangan. Pandemi ini, membuat kita semua belajar itu, bisa secara online, daring dan tidak semua belajar di ruangan sekolah.
"Meski pandemi nanti akan berakhir, pembelajaran daring tetap dilaksanakan. Daring itu, akan tetap jadi metodenya. Kita harus berubah karena sesuai perkembangan," pungkasnya. (ace).