masukkan script iklan disini
Aksi ini diinisiasi oleh Bunda Liski sebagai respons terhadap permintaan banyak warga yang ingin menghapus tatonya namun terkendala biaya. Dalam kegiatan ini, 50 peserta dari Gunungkidul dan 1 peserta dari Klaten, termasuk 10 akhwat, berpartisipasi aktif.
Bunda Liski menjelaskan, "Saya merasa empati terhadap anak-anak dan keluarga mereka yang ingin hijrah namun terhalang oleh tato. Beberapa orang bahkan mengalami traumatis akibat tatonya." Mencermati kondisi ini, Bunda Liski menyediakan bantuan dengan mengajak 10 kawan yang memiliki mesin untuk membantu dalam proses penghapus tato.
Meskipun menghadapi keterbatasan alat dengan kapasitas maksimal 20 orang, Bunda Liski tetap mendedikasikan waktu dan tenaga untuk membantu lebih dari 20 peserta. Untuk peserta akhwat, disiapkan ruangan khusus dengan tim terapis perempuan.
Menjawab pertanyaan tentang pandangan Islam terhadap tato, Bunda Liski menyatakan bahwa dalam agama Islam, tato sebenarnya diharamkan karena dapat menghalangi air wudhu. Meski demikian, ia menekankan bahwa setiap orang yang bertaubat diterima oleh Allah.
Bunda Liski berencana melanjutkan kegiatan ini secara berkala, mungkin setiap satu atau dua bulan sekali. Semua layanan dalam kegiatan ini diberikan secara gratis, termasuk obat penghapus tato.
Aksi sosial ini menjadi bentuk komitmen Bunda Liski untuk membantu masyarakat, terutama mereka yang ingin berubah dan memulai lembaran baru tanpa beban masa lalu. Selama enam tahun tinggal di Gunungkidul, Bunda Liski aktif dalam kegiatan sosial dan dakwah, menjadi pemimpin majelis taklim, dan mengatasi berbagai kasus di masyarakat setempat.
( Ctr Bayu )