masukkan script iklan disini
Media DNN - Jatim | Anggota komisi B DPRD Jawa Timur, Noer Soetjipto mengatakan bahwa program desa devisa dan desa pendulum devisa yang digagas Gubernur Jawa Timur merupakan sebagai upaya Pemprov untuk meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat setempat. Bahkan DPRD Jatim mengakui Desa Devisa di Era Gubernur Khofifah Terbanyak Nasional ini bisa mendongkrak ekonomi lokal masyarakat.
“Di Era Ibu Gubernur Khofifah ini, Desa Devisa merangsang sejumlah daerah untuk terus mengembangkan potensinya agar para pelaku UMKM di setiap desa mampu untuk menjadikan produknya sebagai kualitas ekspor dan penghasil devisa,” jelas politisi Gerindra ini, Jumat (24/11/2023).
Menurutnya, tidak semua daerah bisa menjadi daerah devisa mengingat harus memenuhi beberapa persyaratan yang harus dilalui. Penetapan Desa Devisa, katanya berdasar parameter kajian yang disusun oleh IPB. Aspek kajiannya, meliputi keunikan produk, potensi pasar, spesifikasi dan kualitas produk, proses produksi, kapabilitas finansial, potensi desa, manajemen bisnis dan infrastruktur.
"Bentuk pendampingan desa devisa oleh Pemprov Jatim mampu menjadi motor bagi penyediaan sarana produksi, dalam rangka peningkatan kapasitas sehingga siap ekspor secara mandiri," jelas Wakil Rakyat Dapil Pacitan, Trenggalek, Magetan, Ngawi dan Ponorogo ini.
Noer Soetjipto lalu mencontohkan, desa devisa di Pacitan sebagai penghasil gula aren dan jahe yang berhasil produksinya menembus pasar ekspor. Disana, sambungnya, Gula aren dan jahe gajah dari Desa Punjung, Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan, Jatim, tengah berupaya membidik pasar ekspor. Terkait hal tersebut, desa penghasil gula aren dan jahe gajah di Kabupaten Pacitan, mendapatkan pendampingan sebagai Desa Devisa.
Menurutnya, program pelatihan yang terintegrasi ini diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan para petani baik dari aspek produksi, manajemen maupun tata cara ekspor. Dengan begitu diharapkan dapat meningkat kapasitas produksi maupun kualitas komoditasnya, sehingga mampu meningkatkan daya saing produk di pasar global.
Menurutnya, Desa Devisa Jahe Gajah Pacitan ini, lanjutnya menaungi hampir 11.100 orang petani yang berasal dari 36 desa di beberapa kawasan yaitu Kecamatan Kebonagung, Pacitan, Arjosari, Punung, Bandar, Tegalombo, Nawangan, Tulakan, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur.
Dalam pengembangan Desa Devisa Jahe Gajah Pacitan, LPEI bekerja sama dengan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) yang merupakan lembaga pendamping sekaligus penjamin hasil panen para petani dari Desa Devisa Jahe Gajah Pacitan.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, membuka Gebyar Ekspor Jatim Berdaya (GEJB) Tahun 2023 yang merupakan ajang promosi produk ekspor Jatim, di Graha Samudra Bumimoro Surabaya, Rabu (22/11/2023) lalu.
Gubernur Khofifah, menjelaskan bahwa pertumbuhan desa devisa dan desa pendulum devisa di Jatim sangat pesat. Dan saat ini jumlah desa devisa di Jatim merupakan yang terbanyak di Indonesia.
Pada akhir Tahun 2022 Desa Devisa berjumlah 64 (enam puluh empat desa). Pada tahun 2023 ditargetkan ada penambahan sebesar 50 (lima puluh desa). Namun berkat sinergitas dan kolaborasi yang baik antara pemprov Jatim, pemkab/pemkot, LPEI, Bank Jatim serta pelaku usaha, target tersebut telah terlampaui.
"Alhamdulillah saat ini telah terbentuk total 149 (seratus empat puluh sembilan) Desa Devisa dan 8 (delapan) Desa Pendulum Devisa di Jawa Timur ini sangat membanggakan. Dan semoga bisa terus mendorong pertumbuhan ekonomi Jawa Timur dan nasional," tegasnya.
Lebih lanjut Gubernur Khofifah menegaskan bahwa potensi Desa Devisa Jatim untuk terus mengembangkan potensi produk ekspor melalui basis kemasyarakatan atau communal branding sangat besar. Bahkan ia sendiri sudah blusukan ke sejumlah lokasi desa devisa di Jatim dan melihat geliatnya yang sangat besar. (Asep)