masukkan script iklan disini
Media DNN-Bali | Sebagai penghasil pupuk cair, ternak sapi dan babi yang masih berada di kandang dimanfaatkan sebagai sumber pupuk cair yang berasal dari feses dan urine ternak. Namun, potensi tersebut berupa kotoran ternak atau limbah Bio-slurry belum dimanfaatkan secara maksimal dan juga saluran penampungan limbah belum tertampung dengan baik.
Disisi lain, potensi di bidang Sumber Daya Manusia atau SDM yang tergabung dalam kelompok-kelompok di bidang pertanian dan peternakan masih belum maksimal. Padahal masyarakat Desa Bongkasa Pertiwi memiliki potensi besar dan minat yang tinggi terhadap kegiatan pemanfaatan limbah cair, akan tetapi minimnya pengetahuan terkait aspek-aspek budidaya menjadi hambatan untuk meningkatkan kualitas hasil produksi.
Demikian diungkapkan Dosen Universitas PGRI Mahadewa Indonesia sekaligus Ketua Periset Program Riset Keilmuan, Anak Agung Istri Mirah Dharmadewi, S.Si.,M.Si., atau akrab Agung Mirah dan Tim Hibah Riset Keilmuan LPDP, saat melakukan program riset keilmuan berjudul "Pemberdayaan Masyarakat melalui Pengolahan Limbah Cair Berbasis Bio-slurry dalam upaya Mengurangi Tingkat Pengangguran Masyarakat Desa Bongkasa Pertiwi akibat pandemi Covid-19".
Saat dikonfirmasi awak media, Minggu, 3 Juli 2022, Agung Mirah memaparkan, bahwa pelaksanaan program limbah cair berbasis Bio-slurry difokuskan di Desa Bongkasa Pertiwi, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, mengingat kondisinya belum dimanfaatkan secara maksimal.
Terlebih lagi, di Desa Bongkasa Pertiwi terdapat Kelompok Petani Manik Pertiwi beranggotakan 25 orang yang fokus pada sektor peternakan dan pertanian. Namun, beberapa anggota kelompoknya termasuk kedalam warga desa yang terdampak pandemi Covid-19, sehingga sejumlah warga kehilangan pekerjaannya.
Meski demikian, lanjut Agung Mirah, warga desa memiliki motivasi dan antusias tinggi untuk mengembangkan kegiatan pemanfaatan limbah Bio-slurry, yang kedepannya bertujuan dapat meningkatkan kesejahteraan dan menurunkan tingkat pengangguran akibat pandemi Covid-19.
"Hasil kegiatan pemanfaatan limbah Bio-slurry ini bisa meningkatkan kesejahteraan warga desa. Hal ini dikarenakan, Bio-slurry merupakan salah satu limbah yang dapat dimanfaatkan sebagai alternatif pengganti gas LPG namun belum semua masyarakat memanfaatkan dengan maksimal," ungkapnya.
"Pembuatan limbah ternak ini dan cara mengolahnya sangat mudah dan bernilai jual tinggi. Itu menjadi salah satu alasan mengembangkan limbah Bio-slurry di Desa Bongkasa Pertiwi agar warga desa terdampak Covid-19 memiliki pekerjaan di bidang pembuatan pupuk. Hal ini tentunya akan membuka peluang hasil produk sendiri dan mampu membuka lapangan pekerjaan baru sekaligus meningkatkan taraf perekonomian warga desa," imbuh Agung Mirah.
Oleh karena itu, Agung Mirah berharap, penerapan Iptek dari hasil perkuliahan dapat bermanfaat bagi masyarakat tentang tata cara pengolahan limbah cair berbasis Bio-slurry yang menghasilkan pupuk bernilai jual tinggi, sehingga Desa Bongkasa Pertiwi secara khusus memiliki produk unggulan desa serta meningkatkan produksi hasil pertanian. (ace).

